BOROBUDUR, KEMAGAHAN YANG PENUH MISTERI

 
Di seri menyusuri bumi Allah kali ini, saya akan berbagi terkait impian yang sudah sejak kecil di bangku sekolah tertanam keinginan untuk menginjakkan kaki di salah satu keajaiban dunia dalam buku pelajaran kala itu, Candi Borobudur. 
Alhamdulillah impian itu pun terwujud takkala saya berkunjung ke Kota Yogyakarta, pertengahan agustus 2017 lalu. Betapa bersemangatnya kala itu ketika ditugaskan kantor mendampingi kontingen KSM - AKSIOMA yang akan berlaga pada Ajang Tk. Nasional di Yogyakarta. Selepas tugas kedinasan berakhir, mimpi itupun perlahan tertapaki. 

Karena keterbatasan waktu kala itu, ada dua pilihan wisata sejarah yang cukup menyulitkan pilihan yakni berkunjung ke Candi Borobudur atau Candi Prambanan. Kedua candi ini sebagai sebuah landmark memang menjanjikan pesona yang menggerakkan langkah, namun tentunya pesona candi borobudur sebagai salah satu keajabain dunia tentunya lebih menggetarkan diri ini untuk melangkahkan kaki kesana.
Secara jarak, memang akses ke candi prambanan jauh lebih dekat ketimbang akses ke candi borobudur. Candi prambanan hanya berjarak sekitar 16 KM dari pusat kota yogyakarta, sedangkan ke candi Borobudur melintasi jarak 45 KM dari pusat kota. 
Jika ingin ke candi borobudur, hendaknya berangkat dari pusat kota lebih awal pagi karena dengan jarak tempuh sekitar 1 jam lebih akan kurang menyenangkan ketika tiba di borobudur saat matahari lagi bersinar terik. Walaupun letak candi borobudur yang cukup dekat dengan kota yogyakarta, namun secara adminisratif, candi ini masuk dalam daerah kabupaten magelang provinsi Jawa Tengah.
Borobudur pada dasarnya adalah candi umat budha yang dibangun antara 780 - 840 Masehi oleh Dinasti Sailendra yang berkuasa waktu itu. Menurut penjelasan guide yang mendampingi kami, bahwa candi borobudur ini merupakan bangunan stupa tertua dan terbesar di dunia. Bangunan ini sebelumnya pernah terkubur oleh tanah akibat letusan gunung berapi dan berbentuk seperti bukit sehingga peninggalan sejarah ini menjadi terlupakan. Candi ini ditemukan kembali pada tahun 1814 masehioleh Sir Thomas Stamford Rafles yang merupakan gubernur jenderal inggris  yang memimpin indonesia pada masa peralihan penjajahan. Kemudian setelah inggris mengalami kekalahan perang dengan belanda, pembersihan kompleks candi yang ditemukan oleh Rafles ini dilanjutkan oleh Hartman seorang gubernur jenderal belanda pada tahun 1835 masehi. Kemudian candi borobudur mengalami pemugaran beberapa kali hingga menjadi seperti saat ini.
Candi borobudur mempunyai struktur berbentuk kotak dengan empat pintu masuk dan titik pusat berbetuk lingkaran. Berdasarkan penjelasan guide kami bahwa candi ini terbagi atas 3 bagian yakni Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu. Pada bagian Kamadhatu terdapat 160 relief yang menggambarkan hukum sebab akibat dan sifat serta nafsu manusia. Pada bagian Rupadhatu terdiri atas relief batu dan patung budha yang berjumlah sekitar 328 buah patung dengan hiasan relief pada ukirannya. Sedangkan pada bagian Arupadhatu tidak terdapat ornamen maupun hiasan melainkan hanya terdapat 72 buah stupa dengan stupa terbesar yang berada di posisi tengah.
Pada tahun 1991, candi borobudur ditetapkan menjadi situs warisan dunia UNESCO dan sebagaimana kita ketahui bahwa candi ini kemudian ditetapkan sebagai salah satu dari 7 keajaiaban dunia.
Untuk mencapai candi kita harus membeli tiket masuk terlebih dahulu yang harganya cukup terjangkau yakni Rp.40.000, - untuk dewasa dan Rp.20.000,- untuk anak-anak. Jika kita berjalan rombongan kita bisa menyewa jasa guide untuk mendampi perjalanan kita sekaligus mendapatkan informasi terkait candi borobudur ini dengan tarif Rp.100.000,-/ perjalanan. Kompleks candi saat ini sudah diatur sedemikian rupa sehingga terkesan mewah, kita dapat memiliih berjalan kaki hingga ke puncak candi atau juga bisa menyewa kendaraan yang telah disediakan untuk mengelilingi kompleks candi borobudur. Jika kita sudah mencapai puncak candi maka kita akan diarahkan keluar melalui jalan lain yang berbeda. Di jalan keluar ini kita akan langsung melewati too-toko oleh-oleh yang berjejeran sepanjang jalan menawarkan  buah tangan khas yang dapat kita bawa pulang tentunya.






Jumardi Nasir, S.Si

Kutipan bermakna : Aku bukanlah Aku, Aku adalah Meng-Aku, Aku adalah Aku saat Ajal Menjemputku

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama